Senin, 08 Juni 2009

Delivery Love

Suatu siang di musim panas. Hari masih begitu terik untuk pulang menuju apartemenku. Aku masih bermalas-malasan di kantor redaksi yang telah tiga tahun terakhir memberi penghidupan padaku. Terlihat teman-teman ada yang masih begitu sibuk menyiapkan segala sesuatu meski sudah saatnya pulang. Maklum, esok merupakan hari yang begitu mendebarkan bagi kami semua. Pesta ulang tahun koran ini. Banyak pejabat dari beberapa negara bagian yang diundang, jadi persiapan harus sangat matang.

Meski mengeluarkan produk untuk kaum Adam, tapi yang kerja di sini lebih banyak wanitanya. Sesuai hasil sensus ditemukan data bahwa jumlah penghuni dunia ini mayoritas adalah wanita. Jadi tak mengherankan bukan?

“ Serena, kok nggak jadi pulang?”, seru Mr Alan McKrackers yang menjabat sebagai chief of editor menghampiriku.

“Masih males, Sir. Di luar panas sekali”, jawabku singkat sambil mencuri-curi pandang ke arahnya. Diapun hanya berlalu begitu saja, meninggalkanku yang masih asyik memandangi kepergiannya. Meninggalkanku termangu sendiri.

Ah.... lagi-lagi cuma basa-basi. Mbok ya berusaha untuk nganterin. Dasar tidak peka dengan keadaan!

Entah telah berapa kali aku berusaha untuk menolak pesonanya. Dari dulu hingga sekarang aku masih menjadi pengagum rahasianya. Kesederhanaannya, kepandaiannya bicara di depan staf-staf atau relasinya, hingga keisengannya begitu membuatku kagum. Meski kadang suka teledor kalau menyimpan barang. Suka sembronolah.

Memang sih dia tidak setampan Tom Cruise yang menjadi artis idolaku. Itu lho pemain sineton “Cinta Fitri” yang jadi Farel. Bukannya yang jadi Farel itu Teuku Wisnu ya? Hehehe.... Atau bahkan Indra Bruggman-artis Indonesia yang blesteran itu. Yang menjadi dambaan para penggemarnya. Bagaimana tidak, dari penampilan fisiknya aja benar-benar sempurna. Maklum wajah-wajah blesteran itu kini begitu marak muncul di layar kaca. Tapi saat ini, aku tidak mau atau berminat dengan semua itu.

Aku menyukainya dengan caraku sendiri. Bahkan hingga saat ini pun aku tampaknya begitu pandai menyimpan rahasia kalau aku telah menyimpan namanya di hatiku. Teman-teman sekantorku tak ada yang tahu.

Mengapa aku menyembunyikan semua ini? Karena saat ini dia telah memiliki seseorang yang mungkin sangat istimewa di hatinya. Bahkan orang itu juga sahabatku sendiri. Aku tidak tega menghancurkan kebahagiaan mereka.

Semua usaha untuk menolaknya telah kulakukan. Perlahan-lahan kutepis dan kutahan semua perasaan yang selalu menghantui pikiranku. Namun tampaknya panah asmara itu begitu kuat hingga kadang aku tak kuat untuk menolaknya.

Terlalu baik. Mungkin ini adalah sebuah ungkapan tepat yang kuberikan padanya. Sifat loyalnya pada para karyawan di sini membuatku tambah jatuh hati. Apalagi jika di antara kami sedang betul-betul membutuhkan bantuannya, dia selalu siap sedia untuk membantu.

Pernah suatu ketika tanpa sengaja aku menemukannya dalam keputusasaan. Entah bagaimana aku bisa teringat dengan kisah Dayang Sumbi yang saat itu tanpa sengaja berujar, ”bagi siapa pun yang mau mengambilkan benangku yang jatuh itu akan kuberi imbalan. Kalau wanita aku angkat sebagai saudara dan jika lelaki akan kujadikan suami”. Olala... hingga ujaran tersebut didengar oleh anjingnya-si Tumang. Lalu begitulah yang terjadi. Apakah itu nyata atau hanya cerita saja? Tapi dongeng itu masih hidup di masyarakat sampai saat ini.

Tapi aku tidak berhasrat seperti si dayang Sumbi itu. Aku hanya membatin saja. Seandainya..... Waktu itu hari begitu terik hingga kurasakan badanku sudah begitu lelah. Di sebuah halte aku menunggu bus yang tak kunjung datang. Detik demi detik berlalu, bahkan menjadi menit. Satu dua menit berjalan hingga terasa begitu lama. Setengah jam hanya tengok-tengok kepala. Capek juga. Uuhfffffffffffffffffff...

Baru saja aku menundukkan kepala dia sudah ada dihadapanku dengan mobilnya. Oh Tuhan, lidahku begitu kelu untuk membalas sapaannya. Satu. Dua. Aku menarik nafas. Mengapa dia sering datang d saat aku terkadang dalam keadaan nyaris putus asa. Dan kehadirannya benar-benar membuatku bahagia sekali.

Kini aku hanya bisa pasrah kepada Tuhan. Karena Dialah yang maha Mengetahui. Aku akan menerima semua ini dengan penuh keikhlasan. Tapi dulu aku sudah merelakan kekasihku untuk orang lain. Haruskah kali ini aku melakukan hal yang sama Tuhan????

Tidak ada komentar: