Selasa, 20 Oktober 2009

Asa yang Terkoyak

Pagi ini, kurasakan alam seolah tak bersahabat denganku. Meski jam masih manunjukkan pukul 7 pagi, namun teriknya mentari sudah munusuk-nusuk kulit. Padahal rencanaku pagi ini harus ke pasar. Hehe... Maklum mumpung di rumah, bisa nganterin bunda belanja.

Dibandingkan dengan kasih sayang bunda yang begitu tulus, rasanya panasnya mentari yang menampar wajahku menjadi hangat. Sehangat kasih bunda kali ya? Apalagi dalam perjalanan bisa menikmati hamparan sawah yang hijau. Bagai hamparan permadani. Diiringi nyanyian burung yang juga hendak berburu.

Dengan satu-satunya skuter yang sering masuk angin, aku harus membawanya dengan hati-hati. Sehingga, di tengah perjalanan bunda sering mengajakku ngobrol agar aku tak merasa jenuh.

Di saat motorku masih melaju, kulayangkan pandang ke pengendara yang baru saja berbelok dari jalan kampung. Dan saat itu pulalah kuterhenyak,terkejut, kaget, dan bingung. Pengendaranya adalah orang yang telah lama mengisi relung hatiku. Tak ada kata. Yang ada hanya diam. Sekejap dunia kurasa berhenti berputar. Meski kata tak sempat terucap. Namun, dari tatap matanya kutahu masih ada sisa cinta di hati.

Sejenak kisah itupun menari-nari di pikiranku. Hanya antara aku dan dirimu (mantanku). Meski kata orang, rasa yang tumbuh di hatiku itu hanya cimon (cinta monyet). Mungkin lucu juga ya, kok bisa disebut cimon Itu? Kasihan kan si monyet, selalu menjadi bahan olok2 bagi manusia. Hehehe..

Meski dulu sekolah kita berbeda, namun kita masih dapat bertemu. Walaupun cuma sekali dalam seminggu. Entah mengapa, bersamanya ku selalu merasa bahagia. Kadang aku curhat soal guru2 di sekolahku yang killer. Gimana nggak killer, lha wong dia Suka sekali menghukum murid2nya berdiri di depan kelas kalau tak bisa mengerjakan soal yang diberikannya. Tentang teman2 suka usil, jahil, dan senang sekali kalau jam kosong...

Kau pun tak kalah seru bercerita tentang teman2mu yang sulit sekali diatur. Ada yang nekat bolos pd saat jam istirahat, rebutan cewek yang lebih sring berujung di meja guru BP, atau kegiatan ekstramu yang selalu menang di tiap pertandingan antarsekolah.

Dulu, semua begitu indah. Kita sering merancang mimpi2 kita setelah lulus dari meja pendidikan. Menyusul langkah teman2 kita yang sudah punya anak yang lucu2...

Namun, sepertinya semua itu hanya tinggal asa yang tertiup badai katrina. Semenjak kelulusan itu, kita pun terpisah. Kau lebih memilih negeri tetangga untuk mencapai gelar sarjanamu. Sedangkan aku, akan tetap berguru di kota ini.

Selain itu, aku tak ingin meninggalkan bundaku yang sudah mulai senja. Sejak kepergian ayah, hanya aku yang bisa menemaninya. Kedua kakakku telah memiliki keluarga sendiri2. Apalagi bunda juga tak ingin menjadi beban bagi mereka.

Dan asap itupun mulai membakar setiap asa yang kita rajut bersama. Kejeniusanmu pun membawamu makin jauh dariku.

Empat bulan tak berjumpa, membuatku kangen. Tiba-tiba di suatu pagi, kau muncul di depan pagar rumahku.Seulas senyum tersungging menyihir pagi yang akan kulalui.

(to be continued....)

hehe,, dah ngantuk banget niih..>_<

Tidak ada komentar: